Studi Buktikan Manfaat Tai Chi bagi Penderita Fibromyalgia, penyakit nyeri kronis pada tulang dan otot yang parah. Seni bela diri Tai Chi sudah lama diyakini bermanfaat untuk kesehatan manusia. Baru-baru ini, para peneliti
melalui studi yang dipublikasikan di jurnal BMJ menyarankan bagi penderita
fibromyalgia untuk berlatih seni bela diri tersebut. Menurut para peneliti
gerakan Tai Chi yang meditatif dan berfokus pada pengaturan nafas, serta
keseimbangan gerakan tubuh, bermanfaat bagi penderita penderita fibromyalgia.
Perlu diketahui, fibromyalgia adalah penyakit nyeri kronis pada tulang dan otot
yang parah.
Tai Chi Kan Kun latihan bersama di Taman Kota 2 BSD (ilustrasi)
Dr Chenchen Wang, direktur Center for Complementary and Integrative
Medicine di Pusat Kesehatan Tufts, melakuan penelitian terhadap 226 orang yang
menderita fibromyalgia selama setahun. Secara acak, Wang meminta peserta
untuk melakukan senam aerobik yang direkomendasikan atau berlatih Tai Chi pada
12 hingga 24 minggu pertama. Para peneliti kemudian mencatat gejala fisik dan
efek psikologis, seperti intensitas rasa sakit yang dirasakan, kelelahan pada
pagi hari, tingkat depresi, pengaruh pada pekerjaan mereka dan seberapa baik
mereka tidur, yang dialami peserta pada minggu ke 12, 24 dan 52. Hasilnya,
penderita fibromyalgia yang berlatih Tai Chi merasakan lebih sedikit rasa nyeri
daripada yang melakukan senam aerobik. Lalu apabila sudah lama berlatih Tai
Chi, rasa nyeri akan semakin berkurang. Selama penelitian, para peserta studi
juga ditemukan mulai mengurangi obat anti nyeri yang selama ini mereka minum.
Namun apakah hal tersebut disebabkan oleh senam Tai Chi, para peneliti tidak
menjelaskannya ke dalam laporan mereka. Baca Juga: Peneliti China
Kembangkan Tes Urine untuk Ukur Usia Biologis "Kami menemukan bahwa Tai
Chi lebih menyenangkan dan ada interaksi sosial. Mereka dapat berlatih di rumah
sendiri dengan keluarga dan teman-teman mereka," kata Wang, dikutip dari
Time, Kamis (22/3/2018). Walaupun Wang sendiri tidak menjelaskan bagaimana Tai
Chi bekerja mengurangi rasa nyeri, para dokter mempercayai bahwa aktivitas
tubuh dapat melancarkan aliran darah ke otak dan meredakan gejala sakit akibat
sendi dan otot yang pasif. Melihat hasil ini, Wang pun menyarankan para dokter
untuk merekomendasikan Tai Chi sebagai alternatif pengobatan pasien
fibromyaglia. Jika hasil penelitian ini sudah terkonfirmasi, Tai Chi mungkin
akan bisa meningkatkan kualitas hidup pasien fibromyaglia.
Oleh : Sifu Anthony Korahais Pengantar: Murid-murid Tai Chi Kan Kun sering
mendengar Irwan Lay Lao Shi (Guru Pelatih) menyampaikan sebelum mulai latihan
Jurus 1-5 : Gerakkan dengan kelembutan, mengalir tanpa terputus-putus seperti
aliran air...dst. Artikel berikut, yang disarankan untuk dimuat oleh Sdr. Leon,
murid senior Tai Chi Kan Kun, bagus sebagai bahan referensi, intinya jika kita
perhatikan ternyata telah sering kita dapatkan dari Lao Shi dalam berbagai
kesempatan/pelatihan. Edisi berikutnya, akan kita bahas satu persatu kaitan
aplikasinya dalam Tai Chi Kan Kun. Selamat membaca...
Latihan rutin di Vihara Nimmala (Boen San Bio), Tangerang diadakan setiap hari Minggu dimulai jam 06:00 pagi dan Selasa dimulai jam 19:00
Pelatihan Tai Chi Kan Kun terbuka untuk umum dan tidak dipungut beaya (gratis). Pelatihan dibagi dalam 3 Kelompok: Pemula, Yunior dan Senior. Dalam tiap kesempatan latihan selalu ada saja peserta baru yang kemudian bergabung dalam kelompok Pemula.
Kelompok Senior dilatih langsung oleh Lao Shi/Guru Pelatih Irwan Lay sendiri.
Sedangkan Kelompok Yunior dan Pemula dilatih oleh dua orang Lao Shi/Pelatih yaitu Gusman dan Jumadi yang telah bergabung di Tai Chi Kan Kun sejak tahun 2005.
Selamat bergabung dengan Tai Chi Kan Kun...sehat semangat ceria...
Untuk memahami apa itu Chi, akan lebih mudah jika kita memahaminya dari konteks medis atau ilmu kedokteran.
Sistem Jaringan Vital Tubuh Manusia
Ada 14 sistem biologis dalam tubuh manusia yang sudah diketahui secara umum dalam bidang kedokteran : Sistem Peredaran Darah (Circulatory system), Sistem Pencernaan (Digestive system), Sistem Sensor Rangsangan (Endocannabinoid system), Sistem hormon (Endocrine system), Sistem pembuangan limbah (Excretory System), Sistem kekebalan tubuh (Immune system), Sistem integumenter (Integumentary system – kulit, rambut, kuku), Sistem Limpa (Lymphatic system), Sistem otot (Muscular system), Sistem Syaraf (Nervous system), Sistem reproduksi (Reproductive system), Sistem pernapasan (Respiratory system), Sistem Struktur kerangka/tulang (Skeletal system), dan Sistem penyaringan (Urinary system).
Dari 14 sistem biologis tersebut, ada dua sistem yang dianggap vital, yang jaringannya ‘melingkupi seluruh tubuh manusia’:
Sistem Jaringan Peredaran darah (Circulatory System). Tempat mengalir dan bersirkulasinya dua zat vital bagi kehidupan manusia, yaitu: darah dan oksigen.
Sistem Jaringan Syaraf (Nervous System). Tempat mengalir dan bersirkulasinya sinyal-sinyal kimiawi dalam jalur-jalur syaraf, agar tubuh dan organ-organnya dapat merespon dan bergerak.
Dua sistem inilah yang dianggap sebagai Sistem Biologis manusia yang paling dasar dan vital, yang jaringannya eksis dan menjangkau di seluruh organ tubuh manusia.
Sistem Meridian: Sistem Jaringan Vital Yang Ke-3
Jaringan-jaringan pada Sistem Peredaran Darah ini dapat digambarkan sebagai pipa-pipa saluran air. Ada pipa yang mengalirkan air bersih dari sumber air, dan ada pipa mengalirkan ‘arus balik’, yakni aliran air kotor ke tempat pembersihan air.
Kemudian jaringan-jaringan pada Sistem Syaraf ini juga dapat digambarkan sebagai kabel-kabel telepon, yang mengirimkan sinyal-sinyal komunikasi ke setiap pesawat telepon.
Agar arus air dapat bergerak mengalir, tentunya dibutuhkan suatu pompa yang dapat mendorong air ataupun menyedot air sehingga membentuk suatu aliran arus. Demikian juga dengan sinyal telepon, agar dapat bergerak dan mengirimkan sinyal antara satu titik ke titik lain, tentunya dibutuhkan suatu energi penghantar, yaitu listrik.
Tanpa adanya energi (tenaga listrik dan pompa air) tentunya keduanya (baik arus air maupun sinyal telepon) tidak dapat bergerak mengalir.
Para praktisi Pengobatan Timur (India, China, Korea, Jepang dll) berpendapat bahwa: pada Sistem Peredaran Darah, ada suatu “energi” yang memompa atau menggerakkan arus aliran darah. Demikian juga pada Sistem Jaringan Syaraf, ada suatu “energi” yang mengalirkan sinyal-sinyal dalam sistem syaraf. Hal ini persis seperti adanya “pompa” yang menggerakan arus-arus air, dan “listrik” menjalankan sinyal-sinyal telepon.
Tentunya tanpa energi dari pompa ini, air tidak akan dapat mengalir dalam pipa-pipa. Juga tanpa energi listrik tentunya sinyal-sinyal yang melalui kabel telepon, tidak akan dapat bergerak ke dari titik satu ke titik yang lain.
Jadi menurut praktisi Pengobatan Timur: ada sebuah sistem energi atau kelistrikan yang menggerakan degupan jantung, menggerakan tekanan pompa paru-paru, juga menggerakan arus lalulintas syaraf dalam otak. Arus energi inilah yang disebut Chi (China), Ki (Jepang), atau Cakra (India).
Dan “pipa-pipa” jalur arus energi inilah yang disebut Jalur Meridian. Titik-titik krusial pada jalur inilah yang merupakan titik akupuntur, yakni titik yang digunakan dalam metode Pengobatan Timur.
Sebutan-sebutan lain dari Chi
Mereka yang berusaha mempelajari Pengobatan Timur ini dengan pendekatan Pengobatan Barat/Konvensional, ada yang menyebut energi ini Bio Energy, Vital Energy, ataupun Life Force, karena melihat bahwa energi inilah yang sebenarnya menentukan kehidupan sebenarnya.
Ada juga yang menyebutnya Psycho Energy, karena dalam penelitian-penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa energi ini sangat dipengaruhi oleh pikiran dan kejiwaan manusia.
Ada juga yang menyebutnya Spiritual Energy, karena ditemukan bahwa orang yang memiliki spiritual yang kuat, juga memiliki kekuatan energi ini yang besar.
Ada juga yang menyebutnya Bio Elecromagnetic Energy, karena dalam penelitian-penelitian yang dilakukan menemukan bahwa energi ini berupa pancaran atau aliran listrik (electromagnetic) dalam frekuensi tertentu.
Beberapa penelitian ilmiah populer berkaitan dengan Chi dan Sistem Meridian
1810: Samuel Hahnemann (Jerman), menemukan metode Homeopathy. Sebuah metode yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia memiliki energi spiritual atau vital yang sangat menentukan kondisi kesehatan. Kondisi sakit terjadi karena adanya gangguan atau ketidakseimbangan pada energi ini. 1933: Dr Royal Raymond Rife (Amerika), menemukan bahwa setiap molekul memiliki suatu energi dengan frekuensi tertentu. Suatu penyakit dapat disembuhkan dengan mengaliri molekul penyakit tersebut dengan gelombang frekuensi tertentu. 1939: Semyon Davidovich Kirlian (Russia), menemukan sebuah teknik fotografi untuk melihat “medan energi” yang terdapat pada suatu makhluk hidup. 1953: Dr Reinhold Voll (German), mengembangkan alat elektronik untuk menentukan titik-titik akupuntur untuk kondisi dan penyakit tertentu. 1960: Prof Kim Bong Han (Korea Utara), membuktikan keberadaan sistem meridian dengan metode penelitian ilmiah. 1980: Dr Robert Becker (Amerika), menemukan adanya energi medan elektromagnet dalam proses penyembuhan pada makhluk hidup. Ia menemukan metode penyembuhan dengan energi elektromagnet, yakni proses penyembuhan dapat dipercepat dengan dengan mengaliri eletromagnet pada luka atau bagian yang sakit. 1982: Dr Bruce Lipton (Amerika), menemukan bahwa perubahan fisik manusia (gen dan DNA) dapat dimanipulasi melalui pikiran. Tubuh manusia tidak hanya bersifat fisik dan mekanis, tetapi juga sangat dipengaruhi pikiran dan spiritual. 1999: Prof William Nelson (Amerika), menciptakan perangkat berteknologi tinggi (berbasis komputer) yang mampu mengukur respon elektrik tubuh manusia, yang dapat digunakan untuk mengukur ketidakseimbangan Sistem Meridian.
Namun demikian, meski penelitian dengan pendekatan ilmiah sudah banyak dilakukan untuk membuktikan keberadaan dan keilmiahan Sistem Meridian (Energy Chi) ini, akan tetapi belum ada satu pun penelitian yang benar-benar diakui kuat secara saintifik dan empiris oleh komunitas ilmuwan kedokteran. Karena itu keberadaan dan keilmiahannya masih menjadi misteri dan perdebatan.
Mengapa Chi atau Sistem Meridian dianggap tidak ilmiah?
Untuk sesuatu dikatakan ilmiah harus memenuhi syarat prosedur metode ilmiah, yang meliputi:
Objective, keberadaannya dan pembuktiannya tidak berdasarkan atau tergantung pada faktor individu tertentu, dapat diuji secara terbuka oleh siapa saja.
Empiric, dapat dibuktikan langsung secara nyata.
Measurable, dapat diukur dan didefinisikan berdasarkan ukuran, nilai, atau derajat tertentu.
Explainable, dapat dijelaskan secara logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan.
Reliable, dapat diuji kembali secara terbuka dengan hasil yang dapat diandalkan, dan dapat dikembangkan.
Systematic, memiliki suatu metode atau sistematika tertentu yang jelas, tetap, dan teratur.
Universal, berlaku umum dan tetap dimana pun, kapan pun, dan oleh siapapun.
Dari semua penelitian tentang Chi atau Sistem Meridian yang ada, belum ada satu penelitian pun yang benar-benar memenuhi semua syarat keilmiahan tersebut.
Hampir semua praktisi dan peneliti tentang Sistem Meridian ini belum dapat mengembangkan suatu sistematika yang valid untuk membuktikan secara empiris keberadaan Sistem Meridian ini dan mengukurnya dalam suatu satuan ukuran yang baku.
Penelitian-penelitian yang ada baru dapat membuktikan gejala fenomena Sistem Meridian ini dan pengaruhnya pada beberapa kasus penyakit tertentu. Sebagian besar komunitas ilmuwan menganggapnya belum cukup bukti untuk menyatakan penelitian-penelitian tersebut sebagai fenomena ilmiah.
Jadi, hingga saat ini belum ada ilmu dan teknologi yang dapat membuktikan wujud Energi Chi dan mengukurnya dalam suatu satuan ukuran baku. Namun demikian dengan banyak dan berkembangnya praktisi-praktisi Pengobatan Timur ini, beberapa tahun ke depan diharapkan ilmu dan teknologi tersebut sudah dapat ditemukan.
Bagaimana Kita Membuktikan Keberadaan Energi Chi?
Jika para ilmuwan dan peneliti pun belum dapat membuktikan secara ilmiah keberadaan Chi atau Sistem Meridian, tentunya orang awam pun tidak akan mungkin dapat membuktikan secara ilmiah keberadaan Chi.
Energi Chi hanya diyakini oleh mereka yang melatih seni bela diri Timur dan para praktisi Pengobatan Timur. Mereka yang meyakini, biasanya adalah mereka yang telah dapat merasakan pengaruhnya pada tubuh mereka, dan merasakan manfaatnya pada pengobatan mereka.
Beberapa praktisi seni bela diri membuktikan dan mengukur kemampuan Energi Chi mereka melalui: ‘hal-hal yang tidak mungkin dapat dilakukan tanpa Energi Chi’. Misalnya: pemecahan benda keras (beton, besi, baja, dll), ketahanan tubuh dalam benturan, melontarkan orang melalui hentakan, dsb.
Hal-hal tersebut menjadi ukuran “sederhana” untuk mengukur seberapa besar kekuatan Energi Chi yang sudah mereka miliki melalui latihan-latihan.
Akan tetapi jika mereka diminta untuk membuktikan kemampuan tersebut dalam sistematika ilmiah, mereka akan kesulitan.
Seperti juga ketika mereka diminta untuk melihat seseorang memecahkan beton, dan kemudian diminta untuk mengidentifikasi apakah energi tersebut menggunakan Tenaga Sihir (tenaga jin/syetan dll), Teknik Sulap (trik dan tipuan ilusi), atau benar-benar Energi Chi ? Tentu tidak banyak praktisi yang cukup mampu membedakannya.
Bagaimana Membedakan Antara Tenaga Sihir, Teknik Tipuan Sulap, dan Energi Chi ?
Mainstream praktisi Bela Diri Timur dan Pengobatan Timur meyakini bahwa Energi Chi ini sudah ada pada diri setiap manusia sejak ia dilahirkan.
Energi Chi ini seperti kemampuan untuk berlari atau melompat, yakni kemampuan dasar yang ada pada diri setiap manusia normal. Hanya perlu sedikit latihan untuk dapat melakukannya secara baik.
Mainstream praktisi Bela Diri Timur dan Pengobatan Timur juga meyakini bahwa seseorang tidak memerlukan kekuatan lain atau pihak lain, ataupun alat-alat dan ramuan-ramuan, untuk dapat mengolah Energi Chi. Seseorang tidak memerlukan ritual-ritual tertentu ataupun doa-doa tertentu untuk dapat menggunakan Energi Chi. Jadi Energi Chi adalah kemampuan alamiah setiap manusia.
Untuk mengolah atau melatih Energi Chi inipun sama dengan melatih bagaimana berlari dan melompat, yakni dengan melatih gerakan fisik, keseimbangan, konsentrasi, ketenangan, dan kepercayaan diri.
Karena itu, Energi yang diolah atau dilatih dengan ritual-ritual, doa-doa, ataupun "sarana-sarana" tertentu, jelas bukan Energi Chi.
Tidak ada istilah transfer tenaga, "diisi" tenaga, "dibuka" dsb.
Selain itu, meskipun aplikasinya luar biasa (dapat memecahkan beton, besi, baja, dll; tahan terhadap benturan, tusukan dll) namun semuanya masih dalam batas-batas yang sesuai dengan hukum alam.
Tidak ada "trik" dalam Energi Chi. Semuanya karena latihan sebagaimana kemampuan berlari dan melompat dalam olahraga atletik.
Tai Chi Kan Kun merupakan Tai Chi tradisional klasik; sistem pelatihannya merupakan gabungan harmonis dari olah tubuh, konsentrasi dan teknis pernafasan. Para praktisinya mendapatkan kemampuan untuk mengolah Energi Chi-nya dengan baik.
Video berikut adalah rekaman ketika Irwan Lay Lao Shi/Guru Pelatih sedang melakukan serangkaian Jurus Inti di Air Terjun Jumog, Karangpandan, Solo; apakah energi Chi tertangkap dalam rekaman itu?
Tai Chi Kan Kun core movement at Ratu Boko (Mancurian Royal Taichi - traditional) Performed by : master (Lao shi) Irwan Lay, him self Location : Ratu Boko Palace, Yogyakarta, Java
When tai chi was combined with a standard depression treatment for a group of older people with depression, researchers found better improvement in the level of depression, as well as improved quality of life, better memory and cognition, and more overall energy, in comparison to another group in which the standard depression treatment was combined with a health education class.
About 60% of older individuals who seek depression treatment don’t get relief with a prescription medication. Depression can result in serious consequences, which includes greater morbidity, disability, mortality and increased cost of care.
This study demonstrates that incorporating a mind-body exercise such as tai chi which is readily available in the community could improve the results of depression treatment in older individuals, who might also have additional co-existing conditions, or cognitive impairment.
For the research, 112 individuals aged 60 years or older having major depression were given the drug escitalopram, a standard depression treatment, for about a month. From among those individuals, 73 who exhibited only partial improvement carried on receiving the depression treatment on a daily basis but were in addition randomly allocated to 10 weeks of either a tai chi class for 2 hours each week or a health education class for 2 hours each week.
All the individuals were evaluated for their levels of depression, resilience, anxiety, cognition, immune system inflammation and health-related quality of life at the start of the research and again 4 months afterwards.
Depression level for each individual was evaluated by making use of the diagnostic questionnaire called the Hamilton Rating Scale for Depression. The questions are formulated to determine the degree of depression. A cut-off score of 10/11 is usually considered to be appropriate for diagnosing depression.
The study revealed that individuals practicing tai chi, 94% had a score of under 10, with 65% having remission, compared to individuals who had health education, 77% had scores of 10 or less, with 51% having remission.
Although both groups exhibited improvement in the severity of depression, larger reductions were seen in individuals taking escitalopram as well as practicing tai chi, a kind of exercise that’s gentle enough for older people.